Potensi Pemanfaatan Air Hujan untuk Mengatasi Kelangkaan Air

{"remix_data":[],"remix_entry_point":"challenges","source_tags":[],"origin":"unknown","total_draw_time":0,"total_draw_actions":0,"layers_used":0,"brushes_used":0,"photos_added":0,"total_editor_actions":{},"tools_used":{"transform":4},"is_sticker":false,"edited_since_last_sticker_save":true,"containsFTESticker":false}

(Asta Cita Media)

Air yang dikonsumsi harus memenuhi tiga syarat yaitu harus memenuhi secara kualitas, kuantitas dan kontinuitas.

Kualitas air yang baik akan mempengaruhi kesehatan individu yang mengkonsumsinya sebab selain manfaat yang diperoleh, air juga merupakan media hidup bagi beberapa bakteri dan virus yang dapat menyerang kesehatan manusia. Air secara kuantitas atau jumlahnya juga harus terpenuhi untuk setiap aktivitas yang memerlukan air.

Demikian pula secara kontinuitas, keberadaan air diharapkan terus ada untuk hari ini, esok dan seterusnya.

Seiring peningkatan jumlah populasi, maka kebutuhan terhadap air pun juga meningkat. Sayangnya hal ini menjadi momok bagi keberlangsungan sumber air permukaan yang justru semakin menurun baik secara kualitas maupun kuantitasnya.

Oleh sebab itu, perlu adanya upaya untuk pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan sehingga tidak bergantung pada sumber air permukaan yang surut saat musim kemarau namun justru melimpah saat musim hujan.

Salah satu strategi atau upaya dalam pengelolaan sumber daya air adalah dengan pemanfaatan air hujan. Pemanfaatan air hujan sebagai air bersih dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi keterbatasan sumber daya air.

Solusi ini masih belum optimal dilakukan padahal pengelolaan air hujan dapat mengurangi ketergantungan terhadap air permukaan (sungai, danau, waduk, rawa), meningkatkan muka air tanah, hingga menekan resiko banjir.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2009 menyebutkan bahwa pemanfaatan air hujan adalah serangkaian kegiatan mengumpulkan, menggunakan dan/atau meresapkan air hujan ke dalam tanah.

Pemanfaatan air hujan dapat berupa kolam pengumpul air hujan, sumur resapan dan atau lubang resapan biopori (LRB). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2021-2023, curah hujan di Kalimantan Tengah adalah sebesar 265,8 mm/bulan. Nilai ini masuk ke dalam kategori sedang (100-300 mm/bulan) sehingga sangat berpotensi untuk dikelola.

Di lain pihak, data dari Direktorat Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana pada tahun 2021 menyebutkan bahwa sebagian besar kabupaten di Kalimantan Tengah memiliki potensi bahaya kekeringan pada kelas sedang dengan potensi kerugian akibat bencana kekeringan sebesar 18,61 triliun Rupiah.

Risiko kekeringan kategori sedang dialami oleh seluruh wilayah kabupaten/kota dan risiko tinggi ada di kabupaten Sukamara. Sebaliknya, sebagian besar wilayah memiliki risiko banjir bandang dengan kategori tinggi, hanya dua kabupaten (Barito Selatan dan Barito Timur) yang berada pada kategori rendah untuk risiko banjir bandang.

Data ini dapat menjadi pertimbangan bahwa penting untuk melakukan pengelolaan sumber daya air yang terpadu sehingga tidak mengalami kekeringan saat musim kemarau dan tidak mengalami banjir bandang saat musim hujan.

Sebenarnya sejak jaman dulu, nenek moyang kita sudah seringkali menampung air hujan dengan menggunakan bak, baskom, ember, dan sejenisnya akan tetapi jumlah yang ditampung hanya sebatas ukuran wadah yang tersedia. Selain di rumah tangga, dalam dunia pertanian pun kita mengetahui adanya teknologi terasering untuk irigasi sawah.

Teknologi ini bertujuan untuk menahan air agar tidak cepat terbuang ke sungai dan mengurangi adanya erosi tanah. Air hujan yang ditangkap melalui talang air kemudian disimpan dengan benar maka relatif akan bebas dari polutan dan kontaminan sehingga dinilai lebih bersih daripada air permukaan yang seringkali terkontaminasi akibat aktivitas manusia ataupun dari limbah industri.

Penangkapan air hujan juga dapat dilakukan dengan membuat area resapan di sekitar rumah, halaman kantor ataupun pada fasilitas umum lainnya agar dapat mencegah turunnya muka air tanah.

Dengan kemajuan informasi dan teknologi saat ini, penting sekali untuk membuat teknologi sederhana yang dapat diterapkan terutama di tingkat rumah tangga sehingga pengelolaan air hujan dapat dilakukan oleh siapa saja baik di rumah, sekolah, perkantoran atau bangunan lainnya yang ada di wilayah perdesaan hingga perkotaan.

Di tingkat rumah tangga, pemanfaatan air hujan dapat dilakukan dengan menggunakan unit Instalasi Penampungan Air Hujan (IPAH) sebagaimana yang telah dilakukan oleh Markum, dkk (2023) yang merancang IPAH dengan sistem air hujan masuk melalui talang air (Gambar 1) kemudian dialirkan ke pipa ukuran 6” yang selanjutnya air akan masuk ke dalam tandon air bervolume 1.050 liter.

Sebelum masuk ke tandon, air akan di filter terlebih dahulu untuk mencegah kotoran-kotoran kecil, daun, ranting pohon masuk ke dalam sistem penyaluran air. Jika tandon telah penuh, maka air akan dialirkan menuju ke sumur resapan. Instalasi unit ini akan membantu penyediaan air bersih non minum secara langsung serta membantu meningkatkan muka air tanah.
Selain IPAH, pengelolaan air hujan juga dapat dilakukan dengan menggunakan sistem Lubang Resapan Biopori (LRB) yang dapat diterapkan di pekarangan rumah, halaman atau ruang terbuka lainnya.

Setiawan, Diki (2021) menyebutkan bahwa biopori dapat dibuat pada lokasi-lokasi terkumpulnya air saat hujan turun seperti saluran pembuatan air dan dekat dengan saluran pembuangan air.

Biopori juga dapat ditempatkan di area sekitar pohon, dekat pagar ataupun area yang mengalami perubahan kontur, namun tetap memperhatikan aspek keamanan (Setiawan, 2021).

Biopori merupakan alat sederhana yang terbuat dari pipa sepanjang 80-100 cm yang telah dilubangi di bagian sisinya kemudian di tanam di dalam tanah secara tegak lurus. Bagian atas yang muncul di tanah diberi penutup dengan tujuan agar tidak ada hewan yang masuk ke dalam alat seperti tikus.

Di dalam biopori dapat diletakkan sampah organik seperti sisa makanan atau daun kering. Sampah organik ini dapat memicu pertumbuhan organisme pengurai seperti cacing, semut dan biota tanah lain yang dapat membantu membuka pori-pori tanah sehingga akan meningkatkan kesuburan tanah. Selain itu biopori juga dapat mengurangi genangan air dan meningkatkan resapan air ke dalam tanah.

Pembuatan biopori cukup mudah sebagaimana pada Gambar 2. Kita hanya perlu menyiapkan bor tanah, pipa PVC yang dilengkapi dengan lubang penutup dan sudah dilubangi bagian pinggirnya, dan kawat jika tidak menggunakan penutup pipa.

Pengelolaan air hujan merupakan teknologi efektif dalam menyediakan sumber air bersih sebagai jawaban untuk meningkatkan ketersediaan air di masa yang akan datang. Keterpaduan, keterlibatan dan kolaborasi antar sektor dalam pengelolaan air hujan merupakan suatu komitmen dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

Pengelolaan air hujan secara lokal merupakan upaya untuk mempertahankan kondisi hidrologis suatu wilayah yang mulai berkembang dengan teknologi mudah, murah dan minim dampak akan meningkatkan intensitas infiltrasi, penyaringan, penampungan dan tahanan air tanah sehingga dapat mempertahankan kelestarian lingkungan.

Darsono (2007) menyebutkan bahwa teknologi Low Impact Development (LID) diharapkan mampu untuk mengurangi dampak negatip terhadap lingkungan akibat pengembangan suatu daerah dengan mencapai keseimbangan antara konservasi, perkembangan, proteksi ekosistim dan kualitas hidup.

(Kharisma Hidayanti-Dosen FT Universitas Antakusuma Pangkalan Bun.

(Adtambunan-Korwilkalteng).

Berita Terkait

Berita Lainnya

Dubes Rusia Adakan Acara Media Gathering dan Buka Puasa Bersama Pekerja Media

Jakarta, – (Asta Cita Media) Duta Besar Rusia untuk Indonesia, H.E. Mr. Sergei Tolchenov, menyelenggarakan…

Kapolres Metro Tangerang Safari Ramadan, Kunjungi Pengasuh Ponpes Daarul Anshor KH. Entis Sutisna

Kota Tangerang, – (Asta Cita Media) Kapolres Metro Tangerang Kota, Kombes Pol Zain Dwi Nugroho…

Ada Senyum Ramadan di Kampung Vitnam, Ciputat

Tangerang Selatan, – (Asta Cita Media) Komandan Korem 052/Wijayakrama Brigjen TNI Zulhadrie S. Mara, M.Han.,…

Pembangunan Jalan Tol Serang-Panimbang Yang Dikerjakan Oleh PT Sino Road And Bridge Group Terus Berlanjut Di Tahun 2025, Termasuk Selama Bulan Puasa Ramadhan

Pandeglang, – (Asta Cita Media) PT Sino Road And Bridge Group terus mempercepat pembangunan Jalan…

Polisi Amankan 376 Butir Obat Terlarang Jenis Exymer dan Tramadol dari Dua Pelaku di Tangerang

Kota Tangerang, – (Asta Cita Media) Dua pelaku peredaran obat-obatan terlarang tanpa izin berinisial MR…